Selasa, 17 Januari 2012

Resensi 10 buku

Judul Buku        :  Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan
Penulis               :  Hernowo
Penerbit             :  Mizan Learning Center (MLC)
Tahun Terbit      :  2005
Tempat Terbit    :  Bandung
Tebal Buku        :  115 halaman
Harga Buku       :  Rp. 24.500,00
Ilustrasi Cover   :  Hartono

            DePorter dan Hernacki dalam Quantum Learning menuliskan bahwa “Kami percaya bahwa belajar adalah proyek sepanjang hayat yang dapat dilakukan orang dengan penuh ceria dan sukses. Kami percaya bahwa keseluruhan kepribadian sangat penting-intelek, fisik dan emosi. Kami percaya bahwa harga diri yang tinggi adalah unsur pokok dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia. Untuk mendukung falsafah ini, kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang membuat mereka merasa penting, aman, dan menyenangkan”.
            Kemudian DePorter dan Hernacki menciptakan semacam daur emosi positif. Membangun emosi positif dalam proses belajar-mengajar menjadi sangat penting karena emosi positif dapat meningkatkan kekuatan otak. Apabila otak dapat digunakan secara maksimal dalam kegiatan belajar-mengajar, tentulah hasil kegiatan tersebut akan mendatangkan kesuksesan. Selanjutnya, kesuksesan akan meningkatkan harga diri.
            Penulis mengungkapkan bahwa kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung maksimal jika dilakukan dengan kegembiraan. Kegembiraan dalam hal ini berarti bangkitnya minat, keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pelajar. Ia juga mengatakan bahwa musik dapat membangun emosi positif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Terdapat pula cara-cara praktis dan mudah untuk menuju pemelajaran yang berhasil sekaligus dapat ditempuh dengan keadaan yang menyenangkan, yaitu dengan membuat mind mapping atau peta pikiran, mengaitkan antara mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari para siswa.
            Dalam buku ini, penulis menyampaikan gagasannya dengan gaya bahasa yang sangat komunikatif dan tidak monoton sehingga mudah untuk dipahami. Tidak hanya itu, setiap gagasan yang dikemukakan pun disertakan pula pendapat dari pakar-pakar yang berkaitan dengan dunia mengajar. Isi buku yang dilengkapi karikatur pengilustrasian mengurangi kebosanan pembaca. Sampul yang menarik juga menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan keingintahuan pembaca. Buku ini sangat cocok untuk dibaca para pengajar dan calon pengajar.
            Namun di sisi lain, penggunaan bahasa yang komunikatif tersebut tidak cocok dalam penulisan sebuah karya seperti buku. Sebab banyak terdapat kata-kata yang tidak baku dan tidak tepat untuk digunakan sebagai bahasa tulis. Penambahan contoh yang ada pada ilustrasi karikatur pun kurang tepat dan cenderung disalahgunakan maknanya.




























Judul Buku        :  Pendidikan Masyarakat Kota
Penulis               :  Paulo Freire
Penerbit             :  LKiS
Tahun Terbit      :  2003
Tempat Terbit    :  Yogyakarta
Tebal Buku        :  xiv + 160 halaman
Ilustrasi Cover   :  Kuss Indarto

            Paulo Freire dengan dialog-dialog yang dirangkum dalam buku ini menunjukkan bahwa dia adalah seorang filsuf-teoretikus dan praktisi yang berhasil. Dalam peranannya sebagai Sekretaris Departemen Pendidikan Kota Sao Paolo, dia mempraktikkan teori-teorinya dan berusaha secara keras untuk merangkai bahan-bahan pendidikan agar bisa diterapkan untuk semua anak.
            Pengamatannya menghasilkan tesis sentral bahwa pendidikan negeri harus memainkan peran yang menentukan untuk mereformasi masyarakat yang demokratis secara berkelanjutan, sehingga kebebasan dan kesempatan untuk menciptakan ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman kita sendiri dapat dimiliki.
            Sekolah-sekolah yang miskin dan tidak cukup mewadahi melayani anak-anak miskin yang kurang beruntung. Anak-anak dari keluarga kaya bisa tetap bertahan di sekolah-sekolah miskin tersebut dengan kekayaan mereka. Sementara itu, anak-anak yang miskin semakin banyak jumlahnya di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
            Akibatnya, lebarnya jurang kaya-miskin dan direduksinya bahan-bahan pendidikan dan perpajakan yang licik seperti ini menggulirkan mekanisme-mekanismenya sebagai “pilihan” dan kuitansi kosong untuk menarik dana dari kekayaan publik dan memberikannya kepada para wali murid yang kaya. Oleh karenanya, ketika bersaing dengan sekolah-sekolah swasta, sekolah-sekolah negeri menadi lebih lemah, tersandung, dan terpojok.
            Paulo Freire dalam buku Pendidikan Masyarakat Kota ini menebar kepedulian dan tantangan yang telah dipaparkan dalam Pedagogy of the Oppressed. Dialog-dialog dalam buku ini dibakar dengan api penyelenggaraan sekolah-sekolah negeri yang nyata di Sao Paulo. Dia membekali keberusahaan kita semua dalam menjadikan aktivitas bersekolah yang sejati sebagai hak asasi setiap anak.


Judul Buku        :  Pendidikan Karakter
Sub Judul          :  Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat
Penulis               :  Bagus Mustakim
Penerbit             :  Samudra Biru
Tahun Terbit      :  2011
Tempat Terbit    :  Yogyakarta
Tebal Buku        :  xiv + 120 halaman
Harga Buku       :  Rp. 27.000,00
Ilustrasi Cover   :  Muttakhidul Fahmi

            Pendidikan karakter dimulai dari sekolah di era klasik, abad pertengahan, masa renaisans eropa, modern dan hingga saat ini sekolah kontemporer.
            Pendidikan di Indonesia  sendiri sudah dimulai sejak zaman kolonial, terutama pada masa politik etis. Sejak 1867-1878, Belanda telah mendapatkan keuntungan 187 juta gulden dari tanah jajahannya di Hindia Belanda. Karena itu, ia menuntut agar uang tersebut dikembalikan. Sejak itulah pemerintah  kolonial mulai memberikan perhatian serius terhadap pndidikan di Indonesia dengan cara memperbanyak sekolah untuk kalangan pribumi. Tujuannya untuk menyiapkan tenaga pegawai rendahan yang bisa membaca, menulis dan berhitung dengan imbalan yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu, muncul empat model Sekolah, yakni sekolah dengan paradigma pembelajaran barat, sekolah berbasis agama Islam atau pesantren, sekolah yang menggabungkan model sekolah pemerintah dengan pesantren dan sekolah nasional  yang memadukan antara agama, modernisme, dan nasionalime kebangsaan. Model sekolah yang terakhir, di Indonesia terwujud dalam sistem pendidikan Taman Siswa yang dipimpin Ki Hajar Dewantara (agama, modernisme, nasionalisme kebangsaan yang kemudian menjadi sebuah pendidikan karakter).
            Delapan karakter yang harus dikembangkan dalam praktik pendidikan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia yaitu, etos spiritual, etos mutu, demokratis, multikultural, kecerdasan kritis, peduli lingkungan, berwawasan maritim, dan tanggung jawab global.
Judul Buku        :  Menangani Anak Underachiever: Anak Cerdas dengan Prestasi Rendah
Penulis               :  Edy Gustian, S.Psi.
Penerbit             :  Puspa Swara
Tahun Terbit      :  2002
Tempat Terbit    :  Jakarta
Tebal Buku        :  vi + 66 halaman
Harga Buku       :  Rp. 20.000,00
Ilustrasi Cover   :  Jumanta

            Kecerdasan dan prestasi sekolah sering kali tidak sejalan. Kasus anak underachiever membuktikan hal tersebut. Anak yang seharusnya berprestasi tinggi sesuai dengan tingkat kecerdasannya, justru berprestasi rendah. Jika anak Anda menunjukkan gejala seperti itu, segeralah baca buku ini.
            Dengan gaya bahasa populer, buku ini menjelaskan pengertian underachiever, yaitu anak berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Prestasi rendah ini bukan disebabkan oleh adanya hambatan dalam menguasai pelajaran yang diberikan dalam proses belajar.
            Faktor-faktor pendukung anak menjadi underachiever dapat berasal dari lingkungan sekolah, faktor guru, keluarga dan lingkungan rumah serta faktor dalam diri individu. Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan kualitas guru, menetapkan standar prestasi yang tinggi agar dapat memacu anak untuk berprestasi lebih baik dan tidak sekadar secukupnya, tugas-tugas yang menantang dan disiplin yang tepat, kelas kecil, kesesuaian dengan karakteristik anak, metode pengajaran, serta dukungan penuh dari orang tua dan lingkungan rumah.         Selain itu dipaparkan pula cara menangani anak underachiever, yaitu dengan mencari tahu apakah si anak mengalami underachiever atau tidak. Kemudian, memperhatikan perbaikan sikap orang tua, perbaikan pada faktor sekolah, perbaikan pada diri anak itu sendiri, juga suasana belajar harus diperhatikan dan tidak terlepas pada kondisi fisik anak yang harus segar dan sehat



.


Judul Buku        :  Menjadi Guru Idola
Sub Judul          :  Mengajar dari Kedalaman Cinta
Penulis               :  Amir Tengku Ramly
Penerbit             :  Pustaka Inti
Tahun Terbit      :  2005
Tempat Terbit    :  Bekasi
Tebal Buku        :  xiv + 110 halaman
Harga Buku       :  Rp. 18.000,00
Ilustrasi Cover   :  Nuruddien

            Setiap siswa memiliki perilaku khas, apakah sanguinis, koleris, phlegmatis atau melankolis. Gaya belajar mereka pun akan berbeda, bisa visual, auditori, atau kinestetik. Guru yang mampu memahami setiap ciri khas anak itulah yang akan dapat meningkatkan kualitas belajar, sekaligus meraih hati mereka.
            Oleh karena itu, dibutuhkan seorang guru yang berkompeten. Dalam dirinya ada jiwa yang hidup, yang mampu memberikan pengajaran melalui kedalaman cinta berupa kebahagiaan, kasih sayang, dan pemahaman terhadap karakter dan kepribadian, serta perilaku dan gaya belajar siswa-siswinya, lantas menempatkan mereka dalam proses belajar mengajar yang tepat. Inilah guru yang bahagia, yang menjadi idola siswa.
            Buku ini menekankan bagaimana mengaplikasikan ‘cara pandang baru Anda’ dalam pengajaran yang Anda lakukan sehari-hari. Penulis pun mengungkapkan dalam buku ini bahwa mengajar dari kedalaman cinta mencakup beberapa hal, yakni mengajar untuk kebahagiaan, mengajar untuk kesadaran, mengajar untuk memahami, mengajar untuk pembebasan, mengajar untuk kompetensi,  dan mengajar untuk belajar.
           











Judul Buku        :  Pengembangan Profesionalisme Guru
Penulis               :  Tim Dosen FKIP UHAMKA
Penerbit             :  Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. UHAMKA
Tahun Terbit      :  2010
Tempat Terbit    :  Jakarta
Tebal Buku        :  142 halaman
Ilustrasi Cover   :  Nur Shodiqin

            Guru merupakan salah satu pilar atau komponen utama yang dinamis dalam mencapai tujuan “mencerdaskan kehidupan bangsa”, dan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.
            Pengembangan diri guru dimulai dari pemahaman mengenai AKU/DIRIKU dan melalui Analisis Diri diketahui Siapa Saya menurut pikiran saya, setelah itu pengembangan diri memasuki tahap-tahap mengenai pribadi individu-individu lain yang kita sering temui dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional kita. Citra guru haruslah melekat dalam kehidupan guru, kapanpun dan dimanapun, orang akan selalu mengenalnya sebgai guru.
            Dengan mengenal pribadi-pribadi tersebut dan dengan dilengkapi oleh pengetahuan teknik-teknik pengembangan diri lainnya seperti, rasa tanggung jawab, cara bergaul yang baik, berinteraksi secara efektif, serta berkomunikasi, secara produktif. Dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut anda akan lebih profesional dan mapan dalam membina karir sebagai guru. Sehingga “Citra diri guru” akan mewarnai kehidupan guru, kapanpun dan dimanapun, orang akan selalu mengenalnya sebagai guru dan ujungnya akan menaikkan citra pendidikan Indonesia ke arah yang diharapkan bangsa ini.




Judul Buku        :  Mengukir Prestasi
Sub Judul          :  Panduan Menjadi Guru Profesional
Penulis               :  Dr. Mukhtar, M.Pd.
                             Ervin A. Priambodo, S.E., M.M
Penerbit             :  Misaka Galiza
Tahun Terbit      :  2002
Tempat Terbit    :  Jakarta
Tebal Buku        :  viii + 119 halaman
Ilustrasi Cover   :  Batavia Adv.

            Guru adalah ujung tombak dunia pendidikan. Di tangan gurulah maju dan mundurnya pendidikan.
            Sebagai pelaku utama pendidikan, pemberdayaan guru menjadi keniscayaan. Pemberdayaan guru dimaksudkan sebagai upaya memunculkan guru-guru yang berprestasi, yang mampu mencetak peserta didik menjadi insan-insan yang berkualitas.
            Pemberdayaan yang menuju pada prestasi bisa ditempuh dengan memupuk profesionalitas, kemandirian, keinovatifan, serta kecerdasan emosional dan moral guru sebagai modal kerja dan kinerjanya.
            Profesionalitas guru adalah seorang guru yang berkarier dan memiliki jiwa profesional, dengan seperangkat kesepakatan khusus melalui jenjang pendidikan atau training, yang dilegalkan dengan sertifikat oleh sebuah lembaga atau institusi. Kemandirian guru yang berkualitas adalah seorang guru yang memiliki totalitas pribadi yang mantap dan kuat, utuh, dan harmonis, agar mampu berbuat sesuatu, dapat mempengaruhi orang lain, dan dapat menentukan suatu pilihan untuk mencapai suatu tujuan atas dasar kemampuannya sendiri. Keinovatifan yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk melakukan sesuatu yang baru, yang menyangkut gagasan dan tindakan dalam pengembangan kinerjanya.







Judul Buku        :  Menghadapi Anak di Saat Sulit
Penulis               :  Dr. Benyamin Spock
Penerbit             :  DELAPRATASA Publishing
Tahun Terbit      :  2004
Tebal Buku        :  212 halaman
Ilustrasi Cover   :  Imam Sukemi

            Banyak Buku mengajarkan cara menjadi orang tua efektif, tapi tidak ada selengkap dan sebagus buku ini.
            Buku ini ditujukan kepada orangtua yang ingin menciptakan suasana harmonis dilingkungan keluarga. Bukan hanya hubungan antara orangtua dengan anak, juga merambah kelingkungan. Termasuk sekolah, persahabatan ,emosi, fantasi, kepribadian, maupun permasalahan khusus yang melingkupi anak.
            Pola kehidupan keluarga saat diwarnai oleh kebiasaan dan tradisi lingkungan. Pada keluarga-keluarga tertentu, tradisi keluarga ibu sering berbeda dengan keluarga ayah. Perbedaaan makin jauh jika ayah dan ibu berlainan latar kebudayaan. Pada situasi inilah tradisi lingkungan akan mewarnai prilaku anak. Baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.
            Prilaku anak yang sering menyimpang, merupakan manifestasi yang terus tumbuh sesuai usia anak maupun pertumbuhan fisik dan kepribadian. Jika tidak terpantau dan tidak dikendalikan, perilaku ini akan merugikan.
            Buku Menghadapi Anak di Saat Sulit menyingkap rahasia hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anak. Hubungan merupakan kata kunci yang mampu menciptakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Kesulitan terbesar hubungan orang tua dengan anak adalah penempatan diri yang sering berlawanan arah. Dalam buku ini, kedua pihak bukan ditempatkan sebagai subjek dan objek, melainkan dalam posisi sejajar dan sama-sama menjadi subjek serta objek yang sesuai dengan jatidiri mereka.
Penulis buku ini, Dr. Benyamin Spock, adalah pakar bidang psikologi anak dan remaja yang telah berpuluh tahun menekuni pekerjaannya.
            Banyak contoh kasus yang ditampilkan, sehingga memudahkan bahasan. Pemecahannya bisa segera diterapkan dilingkungan keluarga, sebelum pemberontakan, anak berkembang jauh. Disisi lain, kondisi keluarga akibat konflik berkepanjangan, bercerai, menjanda, atau perkawinan kedua, juga mendapatkan kupasan panjang lebar. Termasuk perubahan dalam keluarga yang mungkin terjadi.
Judul Buku      : CREATIVE  WRITING 72 Jurus Seni Mengarang
Penulis             : Dra. Naning Pranoto, MA
Penerbit           : Primamedia Pustaka
Tahun Terbit    : 2004
Tebal Buku      : 168 halaman

            Buku ini tidak hanya berisi teori dan metode yang kering. Penulisnya adalah seorang pengarang kreatif yang sudah menghasilkan ratusan cerita pendek dan puluhan novel. Bahwa penulisnya pernah mendapatkan pendidikan formal creative writing diluar negeri, terutama Australia, menjadikan nilai lebih buku ini dibandingkan dengan buku-buku sejenis yang hanya berisi teori atau tulisan pengarang otodidak. Selain itu, disertakan pula berbagai contoh dari pengarah Indonesia maupun Internasional, antara lain : Ernest Hemingway, Nadine Gordimer, Pearl S. Buck, Virginia Woolf, Arundhati Roy, Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Pramoedya Ananta Toer, dan lain-lain.
            Creative Writing atau penulisan kreatif adalah proses menulis yang bersifat kreatif, direka-reka sedemikian rupa dengan diberi roh dan nafas seni, khususnya seni sastra. Karya-karya yang dihasilkan dari penulisan kreatif antara lain : puisi, cerita pendek, novelette, novel scenario film, scenario sinetron, telenovela, naskah drama, lirik/syair lagu, dan teks-teks iklan yang bersifat progresif maupun yang tampil manipulative. Creative writing terkait secara kuat dengan dunia yang tidak nyata, yakni fiksi.
            Secara sederhana penulisan kreatif bisa disebut sebagai pelajaran mengarang. Yaitu, mengarang merupakan kegiatan para pengarang. Karenanya untuk menjadi seorang pengarang haruslah mempunyai daya imajinasi dan daya mereka-reka.
            Pada halaman-halaman berikutnya akan dijelaskan tahap-tahap creative-writing untuk menghasilkan karya berupa cerita pendek dan novel dengan pengalaman proses kreatif para pengarang kelas dunia.










Judul               : Mendagangkan Sekolah
Penulis             : Prof. DR. Har Tilaar
Penerbit           : Indonesia Corruption Watch
Tahun Terbit    : 2004
Tebal Buku      : 126 halaman

            Penelitian lapangan oleh ICW membelakkan mata kita tentang penyakit kronis dunia pendidikan di Indonesia dalam lebih dari setengah abad keberadaan Republik Indonesia. Penyakit itu ialah tidak adanya kebijakan yang konsisten didalam dunia pendidikan yaitu selalu ingin mengganti baju tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Kebijakan-kebijakan baru datang silih berganti seperti angin surga yang datang dan pergi tanpa bekas. Salah satu angin surga dalam dunia pendidikan itu ialah MBS model baru itu.
            Laporan ini merupakan hasil penyelidikan lapangan mengenai pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang merupakan salah satu primadona dalam rangka meningkatkan mutu sistem pendidikan Nasional sejak era reformasi. Prinsip-prinsip MBS sebenarnya sangat baik dan sudah dikenal dibanyak Negara maju. Di Indonesia sendiri prinsip-prinsip MBS sebenarnya bukanlah hal yang baru karena telah dikenal didalam system pendidikan pesantren. Inti dari MBS adalah partisipasi masyarakat sebagai pendukung dan sekaligus pengontrol kegiatan pendidikan didalam masyarakat. Lahirnya MBS di era reformasi memang sejalan dengan proses demokratisasi masyarakat Indonesia. Sejalan dengan proses demokratisasi masyarakat kita maka pelaksanaan MBS tentunya masih pada tahap permulaan atau mambangkitkan kembali prinsip-prinsip yang telah dikenal di dalam pelaksanaan pendidikan pesantren tersebut.
            Laporan penyelidikan ini akan sangat bermanfaat untuk disimak dan dimanfaatkan oleh para mengambil keputusan, para birokrat pendidikan, pemerintah pusat samapai ke daerah, para kepala sekolah, guru, anggota-anggota Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga oleh masyarakat luas dan orang tua.

tugas Ringkasan buku "MENYIMAK"

Ringkasan Bab Satu : Pendahuluan

Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) mencakup empat segi, yaitu, keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills).
            Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir (Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1). Berikut akan dibicarakan hubungan antara keempat keterampilan itu.
·         Menyimak dan Berbicara, merupakan komunikasi dua arah secara langsung, komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1964:134). Persamaan : kegiatan komunikasi dua arah yang terjadi secara langsung. Perbedaan : menyimak (reseptif atau menerima informasi, apresiatif, fungsional), berbicara (produktif atau memberi informasi dan ekspresif).
·         Menyimak dan Membaca, persamaan : keduanya bersifat reseptif atau menerima (Brooks, 1964:134), perbedaannya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Hubungan antara tujuan menyimak dengan membaca:
Tujuan Menyimak
1. untuk membedakan dan menemukan
    unsur-unsur fonetik dan struktur kata
    lisan.
2. untuk menemukan dan
    Memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-
    kata, atau ide-ide baru kepada
    penyimak.
3. menyimak secara terperinci agar dapat
    menginterpretasikan ide pokok dan
    menanggapinya secara tepat.
4. menyimak ide utama yang dinyatakan
    dalam kalimat topik atau kallimat
    penunjuk.
Kegiatan Membaca
1. mempergunakan cuplikan-cuplikan
    yang mengandung kata-kata yang
    bersajak.
2. membaca nyaring, langsung, atau
    buatan. Dalam hal ini rekaman dapat
    digunakan
3. sesudah menyimak, menunjukkan ide
    pokok beserta detail-detail yang
    terpancar darinya.
4. memahami kalimat penunjuk itu
    terjadidalam posisi yang beraneka
    ragam.

·           Berbicara dan Membaca, kemampuan-kemampuan umum berbahasa
    lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang
    menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca,
    mencakup ujaran, kosa kata, penggunaan kalimat lengkap, pembedaan
    pendengaran dan kemampuan mengikuti serta menelusuri
    perkembangan urutan cerita.
·           Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis, keduanya berhubungan, tetapi juga
      memiliki perbedaan. Ekspresi lisan (kurang berstruktur, berubah-
      ubah,tidak tetap), ekspresi tulis (lebih berstruktur, gaya bahasa formal,
      penyajian ide teratur).

Belajar Dengan Menyimak, diawali menentukan makna, memperagakan ekspresi, menyuruh mengulangi, hingga memberikan latihan ekstensif.


Linguistik dan Guru Bahasa, linguistik fokus pada teori,unsur, sejarah, telaah, deskripsi, universalia dan cara kerja bahasa. Guru bahasa fokus pada pengajaran bahasa, pelajaran bahasa, keterampilan berbahasa, evaluasi, tujuan, latihan, problematik dan remedi.

Dasa Guna Basa, atau sepuluh fungsi bahasa yaitu, fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasional, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, fungsi imajinatif, fungsi pragmatik, fungsi matetik, fungsi ideasional.









Ringkasan Bab Dua : Menyimak

Batasan Dan Pengertian Menyimak, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.


Tahap-Tahap Menyimak, menurut Ruth G. Strickland : Menyimak berkala, menyimak dengan perhatian, setengah menyimak, menyimak serapan, menyimak sekali-sekali, menyimak asosiatif, menyimak dengan reaksi berkala, menyimak secara saksama, menyimak secara aktif.


Ragam Menyimak, menyimak ekstensif, meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, menyimak pasif. Menyimak Intensif, meliputi menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak interogatif, menyimak selektif.


Tujuan Menyimak, diantaranya menyimak untuk belajar, menyimak untuk menikmati, menyimak untuk mengevaluasi, menyimak untuk mengapresiasi, menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide, menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, menyimak untuk memecahkan masalah, menyimak untuk meyakinkan.


Proses Menyimak, yaitu tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap mengevaluasi dan tahap menanggapi.

Hal-hal yang Perlu Disimak dalam Bahasa Asing, yaitu bunyi-bunyi fonemis, urutan bunyi, kata-kata tugas, infeksi-infeksi, perubahan bunyi, pengelompokan struktural, petunjuk urutan kata, makna kata, kata salam dan makna budaya.



Ringkasan Bab Tiga : Suasana Menyimak

Suasana Defensif, atau bertahan dalam menyimak, antara lain ujaran evaluatif, ujaran mengawasi, ujaran strategis, ujaran netral, ujaran superior dan ujaran yang pasti.
Suasana Suportif, atau bersifat mendukung, antara lain deskripsi, orientasi permasalahan, spontanitas, empati, ekualitas (persamaan hak) dan profesionalisme.

Saran Praktis Meningkatkan Keterampilan Menyimak, yaitu bersikap positif, bertindak responsif, mencegah gangguan, simak dan tangkaplah maksud pembicara, carilah tanda-tanda apa yang akan datang, carilah rangkuman pembicaraan terdahulu, nilailah bahan-bahan penunjang, carilah petunjuk-petunjuk nonverbal.

Upaya Menyimak Tepat Guna, yaitu kembangkanlah suatu kemauan menyimak, menyimak lebih lama, lebih sering, penuh respek, dengan umpan balik, tanpa keputusan yang prematur, tenang dan tenggang hati, analisis, tanpa keadaan membela diri, berprasangka dan stereotip yang minim, menyiimak tanda-tanda nonverbal dan cari hal-hal yang tidak konsekuen. (Russel &  Black; 1981:192)
Aneka Kendala Menyimak Efektif, yaitu keegosentrisan atau mementingkan diri sendiri, keengganan ikut terlibat, ketakutan akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan eksternal, pertimbangan yang prematur, kebingungan semantik.
Perilaku Menyimak ada dua, menyimak faktual dan menyimak empatik. Dalam menyimak faktual yang kita lakukan memusatkan perhatian pada pesan orang lain dan berusaha mendapatkan fakta. Dalam menyimak empatik yang kita lakukan memperhatikan isyarat nonverbal, menempatkan diri pada posisi orang lain dan memusatkan perhatian pada pesan bukan penampilan.
Meningkatkan Perilaku Menyimak, yaitu menerima keanehan pembicara, memperbaiki sikap dan lingkungan, tidak memberi pertimbangan dahulu, meningkatkan pembuatan catatan, menyaring tujuan menyimak yang spesifik, memanfaatkan waktu, menyimak secara rasional, berlatih menyimak.
Ringkasan Bab Empat : Faktor Pemengaruh Menyimak

Delapan Faktor Pemengaruh Menyimak, faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, faktor lingkungan, faktor peranan dalam masyarakat.

Kebiasaan Jelek Dalam Menyimak, menyimak lompat tiga, menyimak “Saya dapat Fakta”, noda ketulian emosional, menyimak supersensitif, menghindari penjelasan yang sulit, menolak secara gegabah suatu subjek sebagai sesuatu yang tidak menarik, mengkritik cara dan gaya fisik pembicara, memberi perhatian semu, menyerah pada gangguan,menyimak dengan kertas dan pensil di tangan.

Mengapa Orang Tidak Menyimak? Orang tidak menyimak karena cape, karena sedang tergesa-gesa, karena bingung; pikiran kacau, karena orang itu termasuk orang introvert (tidak ada keinginan menyimak orang lain).

Perilaku Jelek Dalam Menyimak, tak mau menerima keanehan pembicara, tak mau memperbaiki sikap, tak mau memperbaiki lingkungan, tak dapat menahan diri, tak mau meningkatkan pembuatan catatan, tak dapat memanfaatka waktu secara efisien, tak dapat menyimak secara rasional, tak tahu menentukan tujuan khusus, tak mau berlatih menyimak hal yang rumit.

Kesalahpahaman terhadap Menyimak, yaitu anggapan bahwa semua perilaku menyimak sama saja, anggapan bahwa mendengar dan menyimak sama saja, anggapan bahwa menyimak tidak dapat ditingkatkan, anggapan bahwa waktu yang dipergunakan untuk menyimak hanya sedikit.

Aneka Permasalahan Menyimak, memprasangkai pembicara, berpura-pura menaruh perhatian, kebingungan, pertimbangan prematur, salah membuat catatan, hanya menyimak fakta, melamun dan bereaksi secara emosional.


Ringkasan Bab Lima : Aneka Situasi Pelibat Menyimak

Menyimak Dalam Kehidupan dan Kurikulum, 70% dari jam-jam bangun orang dewasa dipergunakan untuk berkomunikasi baik secara santai maupun serius dan 45% dari waktu tersebut dipergunakan untuk menyimak. Kebanyakan dari sesuatu yang kita pelajari diserap dengan menyimak; dan kebiasaan-kebiasaan menyimak yang jelek jelas berpengaruh pada keberhasilan pencapaian tujuan pada pengajaran (Salisbury, 1955 : 193).

Orang yang Termasuk Penyimak yang Jelek, terlalu banyak mencatat secara terperinci, tidak sanggup mengatasi gangguan, berpura-pura menarik perhatian, kurang menaruh perhatian pada materi pembicaraan.

Kegiatan yang menuntut simakan yang serius: petunjuk, keterangan, pengumuman, percakapan, diskusi, laporan, radio, televisi, dan telepon.

Aneka Alasan Menyimak, yaitu:
1.    Ingin mempelajari sesuatu
2.    Ingin memikat hati orang lain
3.    Ingin menjadi orang sopan santun
4.    Ingin mencari keuntungan uang
5.    Ingin memperoleh manfaat
6.    Ingin menghilangkan rasa bosan
7.    Ingin mengadakan komparasi
8.    Ingin memperluas pandangan
9.    Ingin memenuhi rasa ingin tahu
10. Ingin disenangi orang lain


Ringkasan Bab Enam : Meningkatkan Daya Simak
Aneka pengalaman audio mempertinggi kemampuan menyimak siswa.

Cara meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu: memahami maksud pembicara, menghindari ketergesa-gesaan, memahami maksud sendiri, memperhatikan perbedaan bahasa, menyadari prasangka sendiri, memahami prasangka pembicara, memeriksa fakta-fakta pembaca, menyimak sampai selesai, memnafaatkan waktu sebaik-baiknya.

Sikap Guru Pemeriksa Daya Simak Para Siswa, menyediakan waktu menyimak, memberi perhatian, memberi reaksi yang wajar, jangan mengorek fakta tambahan, jangan menilai yang telah dikatakan, dan jangan menghilangkan kepercayaan pembicara.

Ciri-ciri Menyimak yang Baik, yaitu: sopan santun, ingin memperoleh fakta-fakta, memusatkan perhatian; pertimbangan sehat dan dapat memanfaatkan sesuatu yang disimak.

Kualifikasi Guru Menyimak, yaitu: minimal, baik, dan baik sekali.

Mengatasi Kendala Menyimak, yaitu: Jauhkan sifat egosentris dalam menyimak, jangan enggan untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi, jangan khawatir komunkasi lisan mengubah pendapat kita, jangan malu meminta penjelasan dari pembicara, jangan lekas puas terhadap penampilan luar pembicara, jangan membuat pertimbangan gegabah, hindari kebingungan semantik.

Kaidah Peningkatan Menyimak, yaitu: kembangkan keinginan untuk menyimak, bangun kebiasaan menyimak yang baik, berikan perhatian yang besar dan wajar pada pembicara dan pembicaraannya, jangan dulu memberi penilaian terhadap pembicara dan materinya, simak gagasan dan konsep pembicara, manfaatkan kecepatan berpikir secara wajar dan tepat,  manfaatkan waktu luang dengan bijaksana.



Ringkasan Bab Tujuh : Memilih Bahan Simakan yang Menarik Perhatian

Duolog dan Dialog, duolog adalah komunikasi lisan satu arah, sedangkan dialog adalah komunikasi lisan dua arah.

Hakikat Perhatian, perhatian adalah proses penyelesaian dari berbagai ragam stimuli sebuah stimulus yang penting bagi seseorang pada saat tertentu.

Tiga Teori Mengenai Perhatian, yaitu teori seleksi-responsi, teori saringan, dan teori seleksi masukan.

Faktor Pemengaruh Perhatian Menyimak, faktor pengalaman, faktor pembawaan, faktor sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin.

Mengapa Kita Menyimak? Kita menyimak demi kenikmatan, demi pemahaman, dan demi penilaian.

Bahan Simakan yang Menarik Perhatian, tema yang up-to-date atau mutakhir, tema yang terarah dan sederhana, tema yang menambah pengetahuan, tema yang bersifat sugestif dan evaluatif, tema yang bersifat motivatif, dapat menghibur, menyenangkan, penuh humor, bahasa sederhana, mudah dimengerti dan harus bersifat duolog.